Pernah nggak kita memulai suatu hari dengan buruk
misalnya pagi-pagi sudah kesal atau bĂȘte karena sesuatu hal lalu akan berlanjut
hingga siang harinya bahkan berpengaruh pada apa yang terjadi sepanjang hari?
Dua hari yang lalu aku mencoba bereksperimen dengan mengubah mood ku sedari
pagi dari mulai hal kecil seperti tersenyum pada setiap orang yang aku
berpapasan dengannya, mulai dari keluar kosan di sepanjang jalan misal ketika
aku membeli sarapan dan aku memberikan senyuman terbaik, aku memulai hari itu
dengan mood yang baik melalui senyuman, sederhana tetapi jarang kita lakukan.
Sesampainya di tempat tujuan pun aku mencoba menyapa atau sekadar berbasa-basi
dengan orang-orang yang kutemui. Siang harinya aku mengobrol lama dengan
seseorang yang menurut teman-temanku susah nyambungnya, ada perasaan penasaran
dan semi tertantang untuk bisa mengorek apa yang sebenarnya di pikirkan oleh
temanku yang dianggap suka menyendiri ini. dan apa yang kudapatkan? Tak disangka
temanku ini mengungkapkan seluruh unek-unek yang dirasakan, dan apa yang
dirasakan tidak seperti yang orang kebanyakan katakana mengenai dirinya. Bagiku
belajar psikologi menjadikanku untuk tidak mudah dengan penilaian pertama,
selalu ada yang membuatku penasaran untuk mengetahui kenapa dia begitu,
bagaimana bisa dan segudang pertanyaan yang membuatku tidak mudah percaya
dengan apa yang kulihat sekilas. Tetapi tidak memungkiri juga aku masih sering
terbawa oleh emosi orang-orang disekitarku ketika membicarakan sesuatu hal. Belajar
tentang manusia dalam ilmu Psikologi bukan berarti menjadikanku manusia yang
sempurna yang senantiasa meilhat setiap orang itu baik. Pandangan negatif terhadap
seseorang pasti muncul pada saat kesan pertama dan hal itu lah yang membuatku
penasaran menyelidik alasan dibalik itu semua.
Tentang kebaikan, yang aku pelajari dari dua ibu
suatu sore. Mereka tidak menunggu mampu untuk berbuat kebaikan, merasa seperti
ditampar diri ini yang masih sering beralibi dengan menggunakan kata nanti. Menunda
melakukan kebaikan, sedangkan di luar sana yang menurut parameter kita tidak
memiliki hal-hal yang lebih tetapi mereka melakukan kebaikan tanpa kata nanti. Sepanjang
berjalan melalui dua lorong berhimpitan aku merenungkan apa-apa yang telah yang
bisa kulakukan selama ini tidak ada apa-apanya dengan mereka. Aku yang dengan
kelabilanku, keluhanku yang tak henti, menuntut ini itu, mau bisa melakukan
semuanya, mau ingin ini itu. Ya, kebaikan itu menular dan itu benar adanya, dua
hal sederhana sore itu mengajarkanku tentang kebaikan sesederhana itu, tanpa
pikir panjang, tanpa memperumit diri sendiri dan tanpa nanti.
Comments
Post a Comment