Skip to main content

Posts

Showing posts from 2017

Untitled (1)

Kehilangan sesuatu yang tidak pernah benar-benar kumiliki Hanya menunggu waktu, dan kini yang ditunggu telah tiba Untuk kami yang menunda kesedihan atau berpura-pura dalam kebahagiaan singkat ini Tenanglah, karena menunda atau berpura-pura tidak akan mengubah apapun, tidak akan mengubah rasa sedih akan kehilangan dan menurunkan kualitas bahagia yang pernah kita ciptakan Kini dan masa mendatang tidak akan pernah sama. Manusia memiliki dua sudut pandang setiap kali perputaran episode dalam kehidupannya Mengambil makna dan hikmah atau menganggapnya musibah Untuk kita yang tidak akan sama lagi dengan waktu-waktu sebelumnya, Tenanglah, kita tidak akan pernah tahu soal nanti. Tenanglah, kita memiliki peran masing-masing dalam hidup Tenanglah, meski aku atau kau berubah nantinya setidaknya kita pernah merasa bahagia bersama Sesederhana itu, Maka tenanglah sesungguhnya aku sedang menenangkan diriku sendiri atas perubahan yang tidak bisa dielakkan lagi. Aku takut dan selalu saja ak

24 Juni 2017

Aku menunggunya Ia yang ingin melepas tetapi tetap menahanku disini Dengan segala campur rasa yang dimiliki,  kami masih tetap diruangan ini Kehadiranku adalah sebuah kesalahan baginya Aku adalah manusia luang yang menyediakan waktu untuk menunggunya, Menunggu ia yang tak akan pernah datang Meskipun ku hitung mundur hingga ribuan angka , ia tak akan datang. Waktu mengatakan segalanya Ia yang ditakdirkan bersamamu akan selalu kembali meski telah pergi jauh sekalipun. Datang kembali, meski membuatmu menunggu hingga ribuan angka yang kau hitung mundur.

(Day 25) A Day without my self

Pernah suatu kali aku membutuhkan waktu untuk menyusun kembali vas bunga yang kurusak dengan tanganku sendiri, karena kesalahanku Tidak sebentar untuk merekatkan tiap sisi sudut pecahan-pecahannya agar vas milikku bisa tegak berdiri seperti sedia kala, kemudian bisa bermanfaat untuk sekitarnya. Aku menyadari bahwa vas ini tidak akan sekuat sebelumnya, tidak akan sama Namun aku telah berusaha membuatnya "seolah" kembali menjadi vas yang utuh, vas yang kuat dan tampak cantik ketika dijadikan pajangan. Sekian waktu, dan aku pun memecahkan kembali vas yang sebenarnya sangat rapuh itu, namun tampak kuat dari luarannya. Vas itu membentuk kepingan baru yang lebih kompleks Dengan kesalahanku yang sama dengan sebelumnya, kurusak vas itu lagi. Pabo ya, hanya orang yang sangat bodoh yang jatuh ke dalam lubang yang sama berkali-kali. And I did it again. Lalu bagaimana kelanjutan nasib vas itu, apakah dia memberiku waktu untuk kususun kembali? Apakah dia mau untuk kurangka

(Day 24) Memahami Marahnya Perempuan, Aku?

Random-story Awalnya mau cerita apa, yang diketik malah apa. Aku mau bercerita tentang orang-orang pada umumnya dan aku pada khususnya, entah kenapa walaupun omongan orang lain bisa menjadi pemicu kegelisahanku namun tidak jarang pula dari sana menimbulkan insight baru, seperti beberapa hari yang lalu ketika aku sempat marah-marah tidak jelas (menurutnya) dan menurutku juga sih pada akhirnya hehe. Kalo kamu yang paham perempuan pasti ngerti deh. Perempuan itu kalo udah marah yang nggak jelas gitu pasti penyebabnya nggak cuma satu alias akumulasi banyak hal yang sebenarnya disembunyikan, cuma meledak keluarnya pas momen yang dianggap nggak banget buat jadi penyebab kemarahannya, buat kamu-kamu yang peka sebaiknya tanyakan saja ke dia baik-baik apakah ada yang salah dari kamu? Atau ada yang nggak dia suka/nggak sreg dari kamu? Pasti deh habis ditanya itu, dia akan ceritakan unek-uneknya, apa-apa yang jadi akumulasi pencetus kemarahannya. And then finally you’ve got the point, peluka

(Day 23) Merasa Menjadi Manusia Jahat

Yogyakarta, 9 April 2017. 2.15 AM Dini hari aku terbangun dan sulit untuk terpejam kembali. Beberapa hari ini aku memulai tidur lebih cepat,, badanku tepatnya tenggorokan sudah protes sehingga aku memilih banyak istirahat untuk memulihkannya. Selain konsumsi air putih yang banyak, aku juga meminum obat radang tenggorokan serta vitamin. Hari ini randomly aku menulis kembali, aku rindu menulis. Apapun yang ingin aku tuliskan, aku hanya ingin mengutarakan kerinduanku. Rindu akan menulis. Mengungkapkan apa yang aku pikirkan dan menjadi kegelisahan rasa. Sebelum akhirnya tiga hari ini aku jatuh sakit, aku sempat berpikir tentang diriku. Saat perjalanan dari rumah menuju tempat perantauan, kembali pulaing ke rumah selalu membuatku memikirkan banyak hal, sejenak hening dari rutinitas pekerjaan dan keseharian yang itu-itu saja. Aku menganggap aku adalah orang yang jahat karena apa? Karena aku masih pamrih dalam melakukan sesuatu untuk orang lain, kadang terpikir olehku akan masa dimana aku

(Day 22) Tentang kamu, teman hidupku (nanti)

Sore ini, setelah melepas lelah dengan tidur siang, menghilangkan penat setelah seharian menjalani rutinitas. Aku terbangun dan tersadar, waktu menyadarkanku tentang diriku, tentang apa yang telah kulalui dan tentang apa yang kuinginkan. Membuka layar ponsel bertebaran kabar bahagia hari ini, satu per satu teman menemukan sosok yang menjadi teman hidupnya. Melihat bidikan kamera atas mereka yang berbahagia pada satu hari yang bersejarah ini, aku tersadar bahkan bayangan tentang pernikahan seperti apakah dengan siapakah gerangan sosok itu belum juga menghampiri benak ku, sangat misteri. Aku ingin, sangat ingin, siapa yang tidak ingin jika ada seseorang yang mencintaimu dengan utuh, menjadi temanmu seharian penuh tanpa batas waktu dan tanpa ribuan tanya menerka bila kau bersamanya, mengingatmu, mendukung setiap langkahmu dengan doa dan semampumu yang dia bisa menjagamu. Aku ingin namun aku tidak bisa membayangkan akan sebahagia apa hari itu datang kepadaku. Dulu, dulu sekali pada saat s

(Day 21) Only Hope

Kita pernah ada dalam sudut yang sama merangkai mimpi bersama Menumbuhkan harap penuh cita Kita melepas ribuan kata yang tak pernah habis oleh sang waktu Berharap menggapai ujung perjalanan bersama Memulai dari titik yang sama, berhenti dititik harap kita Kini, harapan itu menjadi sisa-sisa masa lalu yang ketika aku mengingatnya, Ada kamu, yang pernah menunggu di tiap penghujung kerinduanku.

(Day 20) Tentang Senyuman dan Kebaikan yang Menular

Pernah nggak kita memulai suatu hari dengan buruk misalnya pagi-pagi sudah kesal atau bête karena sesuatu hal lalu akan berlanjut hingga siang harinya bahkan berpengaruh pada apa yang terjadi sepanjang hari? Dua hari yang lalu aku mencoba bereksperimen dengan mengubah mood ku sedari pagi dari mulai hal kecil seperti tersenyum pada setiap orang yang aku berpapasan dengannya, mulai dari keluar kosan di sepanjang jalan misal ketika aku membeli sarapan dan aku memberikan senyuman terbaik, aku memulai hari itu dengan mood yang baik melalui senyuman, sederhana tetapi jarang kita lakukan. Sesampainya di tempat tujuan pun aku mencoba menyapa atau sekadar berbasa-basi dengan orang-orang yang kutemui. Siang harinya aku mengobrol lama dengan seseorang yang menurut teman-temanku susah nyambungnya, ada perasaan penasaran dan semi tertantang untuk bisa mengorek apa yang sebenarnya di pikirkan oleh temanku yang dianggap suka menyendiri ini. dan apa yang kudapatkan? Tak disangka temanku ini mengungka

(Day 19) I'm Back!

Long time no talk with you, Sudah berjalan sepuluh hari lebih ternyata aku merasakan dunia yang sangat baru dan berbeda dalam hidupku, ketika doa satu persatu menemukan jawabnya, ketika keraguan mengharuskan mengambil sebuah keputusan dan ketika pilihan-pilhan yang muncul semakin banyak membuyarkan fokus tujuanku, ketika kepercayaan diri mulai tumbuh namun bersamaan dengan itu kekhawatiran akan masa depan datang menghampiri. Hidup ini seolah tak lepas dari lingkaran pilihan-pilihan, keputusan dan keberanian untuk menghadapi resiko. Aku sebagai individu yang sedang bertumbuh belum bisa seutuhnya menjadi dewasa dalam pengambilan keputusan. Rasa takut, khawatirm, cemas dan labil seringkali membayangi perjalananku. Menengok kekanan-kiri dan tak membuahkan hasil malah kian merumitkan. Kunci fokus pada tujuan nyatanya tidak semudah yang dikatakan motivator atau orang yang menasehati kita. Keyakinan itu sejatinya memang datang dari diri kita sendiri, orang lain di sekitar kita hanyalah s

(Day 18) Being Happy and Grateful

Tulisan ke 18 di hari Kamis Manis J “Energi itu datang dari arah tak terduga, bahkan sesederhana kau merasa berguna untuk orang di sekitarmu” Pagi ini, sepagian tadi mendung sudah bergelayut di langit membuatku enggan untuk menyelesaikan satu persatu urusan rumah hingga akhirnya aku memutuskan untuk bersantai sejenak sambil menyiapkan segala sesuatu keperluan yang akan kubawa besok. Tidak bisa terlepas dari smartphone ku, aku pun berinisiatif menghubungi seorang kenalan yang bisa membantuku untuk menghubungkan salah seorang temanku yang membutuhkan penerbit untuk menjadikan karya tulisannya menjadi sebuah buku, hari sebelumnya aku memang sudah berbicara dengan temanku ini tentang beberapa penerbit besar di negeri ini. Temanku itu pun galau dengan berbagai pertimbangan yang aku jelaskan mengenai dunia publishing yang sedikit sudah aku ketahui. Berujung galau diujung hari kemarin, percakapan berlanjut hari ini dan aku memberitahukan tentang salah satu kenalanku yang bekerja di pener

(Day 17) A Hopeless Reflection

Pernahkah merasa seperti ingin berhenti dari semuanya? Merasa tidak memiliki minat apapun, merasa tidak ada lagi yang harus diperjuangkan. Seolah akan mencapai tanda titik tanpa ada koma menanti lagi. Seperti tanpa arah dan tidak mengerti tujuan kemana, ingin hanya tinggallah ingin, ataukah aku yang tidak berusaha sehingga ingin hanyalah menjadi angan? Titik dimana kepastian itu semakin kabur, harap berganti dengan lelah atas penantian . Apakah kini ku mulai meragu? Aku tahu yakinku seringkali tergoyah oleh angin yang bertiup di sekitar. Adakah yang tahu jawabnya? Mencoba menerka Memunguti sisa-sisa yakinku atas kepastian itu Yakin bahwa ini akan berujung baik suatu saat nanti Aku hanya tidak ingin membohongi diri Sekarang aku tidaklah sedang baik-baik saja Aku ingin berteriak Menangis sejadi-jadinya Sampai harapku kembali menyala Tidak ada yang tau pasti, Aku hanya manusia yang mungkin banyak tidak tahu diri Setelah semua kebaikan yang kuterima

Day 16 Mengenal Diri (Part 1)

Bagaimana sih cara mengenal diri sendiri? Mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kekuranganmu, mengetahui apa yang menjadi passion dan tujuan hidupmu. Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar dikepalaku beberapa hari terakhir ini, dengan menuliskannya seperti ini aku berharap bisa mendapatkan jawabannya. Seperti yang kita lihat  bukankah orang lain terlihat begitu mudah menemukan jawaban atas tanya-tanya yang disebutkan di atas tadi? Lalu mengapa aku disini masih berkutat dengan semua itu disaat teman-teman, orang-orang di sekitarku sudah berjalan bahkan berlari dan aku masih merangkak disini, berdiri pun masih jadi anganku hanya dalam bayangan seperti apa rasanya berdiri.  Apa yang salah denganku? Pertanyaan itu pernah suatu ketika mampir dibenakku, aku sendiri pun tidak tahu pasti mengapa, hanya mencoba menerka kesalahanku di masa lalu, masa yang sudah kulewatkan dan tidak mungkin kembali untuk diperbaiki, penyesalan itu pasti ada. Sekarang ketika aku diberi kesempatan, masih

Day 15

Akhirnya sampai di postingan ke 15, Alhamdulillah sudah setengah perjalanan ya. Beberapa waktu lalu aku sempat off lama dari peradaban blog ini, tidak lain adalah karena kondisiku yang benar-benar drop baik secara fisik maupun psikologis. Aku kehilangan gairah, motivasi dan semangat untuk melakukan apapun termasuk menulis, hingga aku menemukan sendiri titik balik  untuk berdiri lagi. Aku pernah membaca dalam sebuah artikel bahwa ketika kita sedang dalam kondisi stres, mengeluh atau perilaku negatif lainnya justru membuat kita semakin tertekan dan stres pun meningkat, untuk itu ketika kita sedang mengalami stres akan lebih baik jika kita keluar dari kondisi negatif itu dengan cara apapun, masing-masing orang memiliki cara yang berbeda, setidaknya pikiran kita tidak terus berada dalam kondisi tersebut, yang kita butuhkan adalah terus bergerak jangan diam, bergeraklah apapun itu kegiatannya lalu tersenyumlah, bersyukur atas apa yang kita lalui. Ketika aku merasa sangat tertekan a

Day 14 Rabu Ngablu

Hai Rabu, selamat hari libur bagi yang merayakan! Posting Day 14 yeay plok plok plok, besok postingan ke 15 haha yaiyalah. Dari dulu aku suka angka 14 jadi edisi spesial ya hari ini. Spesialnya apa sih? Karena aku menganggap hari ini spesial aja, just it, hari libur waktunya ngablu. Cuaca pagi ini masih aneh seperti hari-hari sebelumnya, ini membuatku bolak-balik mengangkat jemuran saat terik-teriknya panas matahari tiba-tiba saja hujan turun dan kondisi sebaliknya. Untuk orang sepertiku yang menganut aliran mager-isme itu adalah ujian. Ujian yang harus dilewati, karena ini hanyalah ujian. Apa yang akan Anda lakukan dalam kondisi seperti ini? Apakah Anda tetap mengangkat jemuran walaupun nanti harus kembali menjemur lagi saat matahari kembali muncul, atau membiarkan jemuran tertimpa oleh rintik hujan yang syahdu itu karena Anda asyik menikmati masa penantian hujan yang kata orang bikin galau atau Anda akan merasa cuek saja terhadap keadaan karena nanti juga akan panas lagi, huj

Day 13

Aku memiliki satu permintaan khusus untukmu; Menulislah untukku, karena melalui tulisanmu kau mampu membantuku berdamai dengan rasa yang mengendap itu Menulislah sesering yang kau mampu, agar kutahu apa yang aku sangat ingin tahu tentangmu Menulislah, sampaikan keluh kesahmu karena aku ingin menyediakan bahu disaat terpurukmu, menangislah dibahuku sesuka yang kau mau, selama apapun tangismu pecah hingga gundah itu luruh sampaikanlah dengan kata kalimatmu. Menulislah, tulislah kebahagiaan dan kesenanganmu. Aku ingin berbagi rasa, menuai bahagia bersama. Menulislah, sampaikan buncah kerinduan agar aku merasa bahwa aku masih ada untuk merindu dan dirindukan Menulislah dan buatku tersenyum dengan coretan katamu, tak perlu kata puitis, dengan menjadi dirimu sendiri ungkapkanlah dengan caramu, aku menyukai itu Menulislah hingga kau kehabisan kata-kata untukku, hingga semuanya harus berhenti pada satu titik Menulislah, Aku mencarimu, Aku menemukanmu di dalam barisan kata-ka

Day 12 (Tentang Aku)

“Mbak apakah masih percaya mimpi?” Sebuah chat dari adik tingkat membuyarkan lamunanku minggu pagi kemarin. Seperti ada petir di pagi hari, pertanyaan itu membuatku berpikir lama untuk membalasnya karena jujur saja aku sedang berada dalam fase “tidak memiliki harapan” apalagi mimpi. Mimpi yang seharusnya menjadi tujuanku, mimpi yang menjadi alasan untuk terus bergerak. Sesaat aku merenung, pertanyaan itu membuatku sadar tentang satu hal bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika Allah sudah berkata Kun Faya Kun. Akhir-akhir ini moodku sangat fluktuatif seperti cuaca beberapa hari ini yang pagi terlihat mendung lalu turunlah hujan dan setelah itu terbitlah terik panas matahari, cuaca sedang tidak stabil sama halnya denganku. Satu waktu aku akan menjadi sangat depresif dengan kondisiku saat ini tetapi di lain waktu bisa segera berubah menjadi sangat termotivasi karena ada sesuatu yang mempengaruhi termasuk chat minggu pagi itu, mengubah moodku yang benar-benar sedang menurun

my recent condition. Day 11 (SuperlatePost)

Aku berada di dalam sebuah ruangan gelap dan seorang diri aku berjalan mencari jalan keluar ruangan ini teramat gelap, cahaya seperti enggan menghampiri aku mencari dan terus mencari dimana satu cahaya yang bisa kunyalakan saat ini adalah sebuah harapan aku berharap akan ada seberkas cahaya menyusup memberiku arah untuk keluar waktu berlalu, satu-satunya cahaya yang kumiliki mulai redup suara-suara itu menghampiriku, meminta, menuntut dan mencercaku pada satu titik aku berhenti, aku tidak mengenali arah sekarang aku tak tahu akan kemana bahkan cahaya yang kunyalakan sendiri pun akan menghilang, hanya menunggu waktu cahaya diluar sana kian jauh kurasa suara-suara itu semakin jelas dan memaksaku untuk keluar segera siapa yang menginginkan dirinya terperangkap dalam sebuah ruang gelap seperti ini? aku pun enggan untuk terus berada disini, sendiri, nyaris mati adakah cahaya di luar sana yang sudi menghampiriku pernah terpikir olehku daripada merutuki

Day 10 Melatih Diri

Bicara tentang evaluasi diri itu memang penting, satu komponen dalam hidup kita yang seharusnya dilakukan setiap hari, tetapi banyak orang yang mengabaikannya. Setelah konsultasi dengan seorang konselor tempo lalu membuatku menyadari bahwa aku termasuk salah seorang dari sekian banyak yang mengabaikan evaluasi diri ini. Mungkin tidak sepenuhnya begitu, bukan aku tidak melakukan evaluasi sama sekali, tetapi evaluasi yang kubuat kacau sehingga ketika next step untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya tidak tepat sasaran, hasil yang dicapai pun menjadi kurang maksimal.  Salah satu cara untuk membuat evaluasi diri tersusun rapi dan mudah diingat adalah dengan menuliskannya. Lebih otentik ada buktinya jadi ketika lupa bisa diingat-ingat lagi. Ternyata doa termasuk salah satu bentuk evaluasi diri juga, karena ketika berdoa kita mengingat-ingat apa saja kesalahan kita. Bukankah memulai lebih baik daripada tidak sama sekali, ya aku mencoba memulai untuk evaluasi diri yang dalam bentuk tulisan.

Day 9 Sabtu Pagiku

Sabtu kelabu bagi jiwa yang tengah merindu, Entah sudah berapa kali aku menerima cibiran, anggapan negatif itu. Mungkin diri ini yang tengah keterlaluan sensitifnya, mau dielak seperti apa hal itu memang nyata adanya, di depan  mataku, aku mendengar dengan telingaku yang masih normal jangkauan pendengarannya. Mungkin bukan seperti itu maksudnya, janganlah terlalu berpikiran buruk itu hanya akan merugikanmu. Iya, di dalam pikiranku kini tengah berkecamuk antara si hitam dan putih, meributkan perkataan orang lain. Dibandingkan dengan orang lain atas suatu pencapaian ditambah dengan labelling negative karena belum bisa mencapai suatu hal itu memang menyakitkan apalagi yang melakukan adalah orang terdekat yang seharusnya mendukung dalam kondisi krisis seperti saat ini. Apakah diri ini berhak untuk marah? Aku memang masih tergolong orang yang reaktif cukup emosional untuk hal-hal yang berbau sensitif seperti ini. Akan ada masanya memang harus menganggap apa yang dilakukan atau dikataka

Day 8 Mengendalikan Diri

Happy Friday! Ah baru saja mencoba untuk konsisten nyatanya baru jalan beberapa hari sudah mulai menunda-nunda. Sedih? Iya lah, baru hal kecil seperti ini ibaratnya sesederhana menuangkan pikiran ke dalam tulisan saja nggak bisa istiqomah apalagi yang lainnya.*sambil sesenggukan dipojok. Bismillah selalu kembali mengingat motivasi dan niat awal untuk menulis rutin ketika mulai diserang prokastinasi. Kali ini aku mau bahas tentang pengendalian diri, termasuk menunda-nunda sesuatu adalah salah satu ketidakmampuan dalam mengendalikan diri. Ngga usah jauh-jauh aku sendiri masih tahap belajar mengendalikan diri, terutama mengendalikan pikiran dan perasaan agar bisa berimbang. Terlalu dominan perasaan berakibat kurang baik, begitu juga ketika kita terlalu mengedepankan logika tanpa adanya unsur perasaan. Memang harus seimbang, keduanya harus ada untuk saling melengkapi. Bagi perempuan, perasaan seringkali lebih mendominasi dalam pengambilan keputusan, baik yang berkaitan dengan diri sendi

Day 7- Bertemu dalam Aksara

Dalam aksara aku menemukan bahagia Selalu ada degup tak beraturan setiap melihatnya Mengembalikan anganku pada suatu masa lalu semua kembali pudar Kau berhasil melukis senyum ditengah gemuruh riuhnya jiwaku kini Memberi energi untukku terus melangkahkan kaki Menuju sesuatu yang masih menjadi misteri Terima kasih telah hadir Melepas rindu dalam keheningan aksara Hanya sebaris kata tertulis yang tau akan apa yang ku rasa Mengerti tanpa menghakimi Kuharap kaupun bisa tersenyum bahagia, walau hanya sekumpulan kata dangkal makna Kini, senyum yang kau cipta ini harus berakhir sudah, bukan lagi masanya kau dan aku merajut asa semu bertabur rindu Terima kasih telah mengerti dan tetap ada, walau raga tak saling berjumpa. Cukuplah jiwa kita bertemu dalam aksara :)

Day 6 (tanpa judul)

Sendiri Aku terperangkap pada asa semu Yang jelas tak mengantarku ke ujung sana Raga ini menolak tetapi hati ini terus bergemuruh mengharap Melihat sekitar penuh warna bergembira Namun, di sudut sendiri aku berlumur gelap Kaki ini inginkan terus berdiri berlari, mengejar asa yang tak kunjung menghampiri Lelah menyapa disetiap ujung sepi Menangis meronta, meminta jawaban dari segala tanya yang kuungkap Mungkin ini kehendak Sang Maha Pasti inginkan ku meresapi, mengerti Bahwa ada seberkas harapan yang menungguku Disana Ditempat yang belum kuketahui Bersama seseorang yang Dia janjikan pada titik temu suatu saat nanti. Aku mengerti. Sedikit lagi. Teruslah yakinkan diri Meminta restu Sang Ilahi.

Day 5 (masih) Tentang Rindu

Kamu tahu apa tentang rindu jika rasa yang menggebu itu kau ingkari adanya? Rindu itu seperti bom waktu, ketika kamu tak memahaminya ia akan meledak memporak- porandakan segala sesuatu. Rindu itu diterima saja, tetapi jangan sampai membuatmu terlena, terbuai olehnya. Berbahagialah atas terciptanya rasa rindu itu, secukupnya saja, dengan mengingatnya. Jika kau bisa datang menemuinya maka datanglah, Jika kau tak bisa maka cukuplah dikenang. Rindu itu aneh ya, terutama untuk orang yang sedang jatuh cinta. Mendengar suaranya, melihatnya dari jauh saja membuatmu tersenyum bahagia. Apalagi... ah sudahlah, hanya orang yang merindu, yang tahu bagaimana rasanya. Mungkin bukan temu obatnya, karena pertemuan hanya akan memicu kerinduan lagi dan lagi. Kebersamaanlah obat rindu itu, dengan bersamanya, kau akan merasakan kehadirannya, duduk disampingmu, berjalan beriringan sembari menggenggam tanganmu.

DAY 4 (A lot of memories in Mesen)

Terima kasih, Mesen Raya               Setelah nostalgia mengingat-ingat masa lalu kehidupan organisasi yang sudah seperti keluarga keduaku, tempat ku berkeluh kesah dan belajar banyak hal, kemarin aku mendengar kabar perihal kampusku yang akan dipindah (lagi), kalo yang ini bukan hanya wacana seperti kabar yang beredar sebelumnya. Ya, kampus Psikologi UNS akan kembali ke kampus pusat (Kentingan) bulan Januari ini. Sedikit menengok kebelakang, aku mau menceritakan perkenalanku dengannya, M.E.S.E.N. Waktu itu, aku sebagai angkatan 2010 yang menghabiskan setengah tahun pertama kuliah di kampus Tirtomoyo mendapat kabar bahwa kampus akan diboyong ke kampus Mesen. Pertama kali mendengar namanya terkesan tidak familiar, dan yang namanya kalo udah nyaman sesuatu untuk pindah ke lain hati itu rasanya males banget, susaah *bukan curhat. Waktu satu semester untuk merasa nyaman dengan kampus Tirtomoyo rasanya sudah cukup, tiba-tiba harus menyesuaikan lagi ke lingkungan