Skip to main content

Dalam perjalanan

 Saat aku larut dalam doa di dalam mobil di sepanjang tol kembali ke Banyuwangi, sore itu..

Ada dalil yang menyebutkan waktu mustajab untuk berdoa adalah Jumat sore menjelang maghrib, aku gunakan kesempatan itu.. di dalam mobil dalam keheningan..dan setelahnya aku menemukan postingan tentang hilangnya harapan seperti angin yang bertiup lalu hilang... rasanya seketika itu juga aku larut dalam kesedihan yang sangat...


Aku menangis tapi ku tahan agar tidak sampai terisak seperti saat saat aku sendiri d tempat yang jauh ini.


Aku perbanyak istighfar dan dzikir sepanjang perjalanan untuk menenangkan diri dan lanjut berdoa, berusaha menepis pikiran2 negatif yang muncul...


Tentang kehilangan semangat hidup, aku tahu ini sulit, semua perubahan ini... mengguncang semangat ku, tujuan ku...yang jauh sampai kesini, bekerja keras berusaha untuk segera menujumu...dengan kemampuan ku, kemampuan kita tanpa merepotkan orang tua..dan tiba-tiba aku merasa seperti tidak punya tujuan aku disini..apa yang kutuju, kalau kau pun tidak menjadi tujuanku..


Gelap, rasanya gairah semangat itu luruh..dan menjalani hari-hari tanpa tujuan..sedih tentu...


Aku coba, aku coba berjalan saja, jalan terus.. seperti dahulu saat aku tidak tau tujuan justru saat itulah ada jalan..pasrah saja..

Semoga apa-apa yang menjadi jalan adalah tujuan itu sendiri..yang Allah ridhoi.

Amin..


Aku tidak mengingkari bahwa aku kehilanganmu, kehilangan tujuan ku disini...


Yang ku lakukan sekarang adalah menerima kondisi ini, dan terus saja berjalan..


Berharap temukan tujuan itu kembali entah di waktu mana yang Allah tunjukkan, di jalan mana kita mungkin akan bertemu kembali...


Aku tidak tau..

Allah yang tau, kita lanjutkan saja kesungguhan dalam tenggelamnya kita pada doa...


Ini proses..aku tidak bisa langsung menjadi manusia super yang sanggup menerima kondisi ini dengan tenang dan ikhlas..semua butuh proses..


Dari aku yang berproses dalam kesungguhan berdoa, dalam meminta kepada-Nya, dalam memperbaiki diri, memantaskan diri, serta menggantungkan harapan hanya pada-Nya..





Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.