Skip to main content

Diamku


Diamku adalah harapan besar yang tak terucap
Diamku pengertian segala rasa yang tak terungkap
Diamku menelaah perjalanan kaki ini
Diamku mencoba melakukan yang tak ku sukai
Diamku berusaha mengerti akan suatu janji
Diamku untuk membaca jalinan tali yang terkadang tak ku mengerti
Diamku membuka wawasan menuju suatu yang lebih baik
Diamku mungkin memunculkan tanya tak terjawab
Diamku yang terus bergerak walau disebut 'diam'
Diamku mengungkapkan ingin yang tak dapat kubagi
Diamku membuat yang jauh makin jauh, yang dekat makin dekat
Diamku seperti orang neurotik yang terus ingin tahu tanpa peduli dengan cemas yang menghinggapi
Diamku terkadang tidak beralasan pasti
Diamku ingin membuat orang bahagia tanpa tahu itu aku
Diamku sejenak melepas penat dari duniawi ini
Diamku doa yang terus terucap dari hati 
Diamku mungkinkah hanya topeng sesaat?
Diamku maukah kau bersahabat baik denganku?
Diamku apakah kamu tahu sebenarnya aku?
Diamku sakitkah kau ketika tahu segala sesuatu yang tak terduga diluar dirimu?
Diamku apakah kau butuh penghargaan atas usaha-usahamu?
Diamku menyesalkah engkau saat tak ada satupun orang yang melihatmu apalagi menghargaimu?
Diamku terkadang memunculkan tanya pada diri sendiri..
Untuk apa aku diam jika diam tidak menjaga hati dan prasangka orang lain atas diriku?
Untuk apa aku diam jika cela dan caci bertabur dalam diri?
Untuk apa kau terus diam jika jalan yang kau pilih tak sesuai harapan?
Untuk apa lagi kau diam jika memang ada pilihan untuk berbicara?
Ribuan tanya menunggu jawab terlontar
tetapi aku memilih untuk tetap diam...




Surakarta, 05032013.00.30WIB
-seorang yang kusebut pendiam-

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.