Skip to main content

Desember yang berbeda

Penghujung Desember masih lama..Usiaku memang sudah tidak lagi disebut anak-anak. Umur 22 harusnya aku udah bisa ini itu cas cis cus, terbang kesana kemari mengukir prestasi yang membuat bangga orang tua..tapi aku tidak memilih jalan seperti orang kebanyakan atau malah justru seperti orang pada umumnya, yang pasti tiga tahun ini apapun yang telah kulalui, apapun yang telah ku capai, sesal memang ada tapi aku ga ingin terus menyesal hingga langkahku tak bergerak,

Terima kasih untuk seseorang yang membersamaiku selama tiga tahun terakhir. Walau kata tak tersambung balas, raga ini tak lagi menjalin suatu kelekatan, dan hati ini ada rasa kecewa. Yakinlah ini yang terbaik untuk masa depan kita. Terima kasih untuk kamu yang akan memperjuangkanku namun itu masih menjadi angan semata. Mungkin Tuhan mengirimkan pesan bahwanya aku belum pantas, jalanku masih panjang. Suatu saat jika kita bertemu entah dengan kondisi seperti apa, saat hati mungkin tak lagi terpaut. Aku berdoa saat itu aku telah menjadi lebih baik dan meraih impianku, pun kamu juga. Allah pasti punya rencana di balik ini semua, mendewasakanku di umurku yang senyatanya sudah dewasa. Mengambil pilihan ini cukup berat memang, tetapi lebih berat jika aku terus melihatmu tidak berkembang. terima kasih, mumu. Panggilan itu tetaplah untuk mu,hingga waktunya tiba aku memanggil dengan panggilan semacam itu kepada yang lebih berhak. Dewasa atau tidaknya seseorang sama sekali bukan kesalahan tetapi pilihan ia memilih jalan untuk menjadi dewasa atau tetap seperti anak kecil sampai waktunya tiba, Tuhan yang memberikan kesempatan kepadamu untuk dewasa dan memantaskan diri. 

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.