Jika pertemuan ini adalah alasanku memperbaiki luka yang lalu, maka aku sangat bersyukur bertemu denganmu meski sebentar adanya. Pertemuan itu, sama seperti pertemuan sebelumnya dengan beberapa orang sebelum kamu, yang berbeda dari mu adalah kamu berhasil menarik perhatianku dengan membuatku kesal, bukan dengan karisma atau prestasi seperti pada umumnya orang akan terkesima.
Kamu datang begitu saja saat aku sedang berusaha menyembuhkan luka, kamu mau saja mendengarkan ceritaku tentang luka itu. Entah daya magis apa yang membuatmu mau meladeni cerita galau anak muda sepertiku. Cerita patah hati yang tidak berbeda dengan yang lain. Hampir lewat dua belas purnama dan ceritaku masih sama tentang dia. Bagiku, kamu orang asing pertama yang berhasil memiripkan karakter denganku. Aneh, itu hipotesis awalku jika kamu sengaja melakukannya. Namun, nyatanya banyak kemiripan yang akhirnya terungkap kemudian.
Enam purnama berlalu, dan aku harus siap dengan cerita luka yang baru namun masih sama tentang patah hati. Sekarang, aku ingin menjadikan cerita tentang lukaku sedikit berbeda. Bukan dengan lari tetapi menghadapinya dengan hati yang lebih lapang dari biasanya, lebih bijak dan memasrahkan skenario selanjutnya pada Sang Maha Pasti.
Aku masih ingat, dulu aku adalah orang yang begitu memaksakan kehendak agar segala sesuatu seperti yang aku imajinasikan, yang aku inginkan. Tetapi tidak untuk sekarang, aku belajar darimu untuk lebih dewasa dalam bersikap meski kamu tidak lagi menjadi alarm atas sikap kekanak-kanakkanku.
Pertemuan itu, yang pada akhirnya aku sebut kebersamaan singkat menguatkanku, mengajarkanku agar tidak gegabah dalam menjatuhkan hati ini lagi nanti.
Comments
Post a Comment