Skip to main content

Tentang sebuah pertemuan


Jika pertemuan ini adalah alasanku memperbaiki luka yang lalu, maka aku sangat bersyukur bertemu denganmu meski sebentar adanya. Pertemuan itu, sama seperti pertemuan sebelumnya dengan beberapa orang sebelum kamu, yang berbeda dari mu adalah kamu berhasil menarik perhatianku dengan membuatku kesal, bukan dengan karisma atau prestasi seperti pada umumnya orang akan terkesima.

Kamu datang begitu saja saat aku sedang berusaha menyembuhkan luka, kamu mau saja mendengarkan ceritaku tentang luka itu. Entah daya magis apa yang membuatmu mau meladeni cerita galau anak muda sepertiku. Cerita patah hati yang tidak berbeda dengan yang lain. Hampir lewat dua belas purnama dan ceritaku masih sama tentang dia. Bagiku, kamu orang asing pertama yang berhasil memiripkan karakter denganku. Aneh, itu hipotesis awalku jika kamu sengaja melakukannya. Namun, nyatanya banyak kemiripan yang akhirnya terungkap kemudian.

Enam purnama berlalu, dan aku harus siap dengan cerita luka yang baru namun masih sama tentang patah hati. Sekarang, aku ingin menjadikan cerita tentang lukaku sedikit berbeda. Bukan dengan lari tetapi menghadapinya dengan hati yang lebih lapang dari biasanya, lebih bijak dan memasrahkan skenario selanjutnya pada Sang Maha Pasti.

Aku masih ingat, dulu aku adalah orang yang begitu memaksakan kehendak agar segala sesuatu seperti yang aku imajinasikan, yang aku inginkan. Tetapi tidak untuk sekarang, aku belajar darimu untuk lebih dewasa dalam bersikap meski kamu tidak lagi menjadi alarm atas sikap  kekanak-kanakkanku.

Pertemuan itu, yang pada akhirnya aku sebut kebersamaan singkat  menguatkanku, mengajarkanku agar tidak gegabah dalam menjatuhkan hati ini lagi nanti.

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.