Yogyakarta, 9 April 2017. 2.15 AM
Dini hari aku terbangun
dan sulit untuk terpejam kembali. Beberapa hari ini aku memulai tidur lebih
cepat,, badanku tepatnya tenggorokan sudah protes sehingga aku memilih banyak
istirahat untuk memulihkannya. Selain konsumsi air putih yang banyak,
aku juga meminum obat radang tenggorokan serta vitamin. Hari ini randomly aku
menulis kembali, aku rindu menulis. Apapun yang ingin aku tuliskan, aku hanya
ingin mengutarakan kerinduanku. Rindu akan menulis. Mengungkapkan apa yang aku
pikirkan dan menjadi kegelisahan rasa. Sebelum akhirnya tiga hari ini aku jatuh
sakit, aku sempat berpikir tentang diriku. Saat perjalanan dari rumah menuju
tempat perantauan, kembali pulaing ke rumah selalu membuatku memikirkan banyak hal,
sejenak hening dari rutinitas pekerjaan dan keseharian yang itu-itu saja. Aku
menganggap aku adalah orang yang jahat karena apa? Karena aku masih pamrih
dalam melakukan sesuatu untuk orang lain, kadang terpikir olehku akan masa
dimana aku pernah menjadi terlalu baik terhadap orang lain dan seolah
dimanfaatkan atas kebaikanku tersebut. Atau aku sering juga berpikir aku
berbuat baik A, aku menginginkan balasan A’ dari orang tersebut atau setidaknya orang tersebut merasa dan berbuat yang setidaknya mendekati dengan yang kulakukan untuknya. Pamrih sekali
aku, dan aku merasa jahat menjadi orang seperti itu, tidak hanya satu kali aku
memperoleh anggapan atau pernyataan “kamu kok gitu sih orangnya!”, label itu
jujur membuatku sakit hati dan tentunya evaluasi ke dalam diri, namun entah saking bengalnya, aku
merasa apa yang sudah kulakukan itu benar-benar saja. Orang lain berkomentar,
akhirnya aku memikirkan komentar mereka namun karena aku merasa benar jadi
ya hal yang sama akan terulang lagi. Masih merasa tidak adil bagiku, jika hanya aku yang terus menerus berbuat baik, sungguh jangan ditiru ya sifat yang seperti ini. Berhenti sejenak, dan berpikir jadi
sebenarnya yang aku lakukan benar atau tidak ya? Apa aku terlalu perhitungan dan
pertimbangan melakukan ini itu kepada orang lain? Terlalu pamrih? Sulit mengikhlaskan?
Tidak hanya berhenti
sampai disitu, di lingkunganku yang baru sekarang ini aku belajar untuk
mengevaluasi diri, dan memiliki pandangan baru bahwa tidak setiap orang akan
menyukaimu, dan itu adalah suatu keniscayaan, Don’t worry. Aku masih menjadi Irma yang
seringkali memikirkan apa yang dikatakan orang lain tentangku, aku belum bisa mengurangi sepenuhnya
kekurangan pada bagian itu. Meribetkan sekali memang, berusaha cuek tetapi
masih sulit. Mungkin kurang berusaha cuek saja, dan aku sedang belajar pada tahap itu.
Tidak aneh memang ketika orang lain mengomentari perilaku kita, kita akan
memikirkan tentang apa yang mereka katakan. Karena kita hidup dalam lingkungan
sosial yang bagaimana perilaku kita, kita tahu sesuai atau tidak ya dari apa yang orang lain respon.
Apakah diterima atau tidak? Sangat masih perlu banyak belajar tentang
kehidupan, bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan diri ke
arah yang lebih baik. Poin selanjutnya adalah tentang kesabaran yang sedikit
orang bisa melakukannya, menjadi pribadi yang tidak reaktif serta bisa tetap
tenang dalam suatu kondisi yang genting sekalipun. Bukan sama sekali tidak merasa genting,
tetapi dengan ketenangan keputusan yang kita ambil akan lebih terarahdan efektif.
Semoga Irma bisa
menjadi orang yang lebih baik ya, lebih sabar, tenang, berpikiran terbuka,
ikhlas dan bijak mengatur waktu.
Amin.
Comments
Post a Comment