Skip to main content

(Day 23) Merasa Menjadi Manusia Jahat

Yogyakarta, 9 April 2017. 2.15 AM
Dini hari aku terbangun dan sulit untuk terpejam kembali. Beberapa hari ini aku memulai tidur lebih cepat,, badanku tepatnya tenggorokan sudah protes sehingga aku memilih banyak istirahat untuk memulihkannya. Selain konsumsi air putih yang banyak, aku juga meminum obat radang tenggorokan serta vitamin. Hari ini randomly aku menulis kembali, aku rindu menulis. Apapun yang ingin aku tuliskan, aku hanya ingin mengutarakan kerinduanku. Rindu akan menulis. Mengungkapkan apa yang aku pikirkan dan menjadi kegelisahan rasa. Sebelum akhirnya tiga hari ini aku jatuh sakit, aku sempat berpikir tentang diriku. Saat perjalanan dari rumah menuju tempat perantauan, kembali pulaing ke rumah selalu membuatku memikirkan banyak hal, sejenak hening dari rutinitas pekerjaan dan keseharian yang itu-itu saja. Aku menganggap aku adalah orang yang jahat karena apa? Karena aku masih pamrih dalam melakukan sesuatu untuk orang lain, kadang terpikir olehku akan masa dimana aku pernah menjadi terlalu baik terhadap orang lain dan seolah dimanfaatkan atas kebaikanku tersebut. Atau aku sering juga berpikir aku berbuat baik A, aku menginginkan balasan A’ dari orang tersebut atau setidaknya orang tersebut merasa dan berbuat yang setidaknya mendekati dengan yang kulakukan untuknya. Pamrih sekali aku, dan aku merasa jahat menjadi orang seperti itu, tidak hanya satu kali aku memperoleh anggapan atau pernyataan “kamu kok gitu sih orangnya!”, label itu jujur membuatku sakit hati dan tentunya evaluasi ke dalam diri, namun entah saking bengalnya, aku merasa apa yang sudah kulakukan itu benar-benar saja. Orang lain berkomentar, akhirnya aku memikirkan komentar mereka namun karena aku merasa benar jadi ya hal yang sama akan terulang lagi. Masih merasa tidak adil bagiku, jika hanya aku yang terus menerus berbuat baik, sungguh jangan ditiru ya sifat yang seperti ini. Berhenti sejenak, dan berpikir jadi sebenarnya yang aku lakukan benar atau tidak ya? Apa aku terlalu perhitungan dan pertimbangan melakukan ini itu kepada orang lain? Terlalu pamrih? Sulit mengikhlaskan?
Tidak hanya berhenti sampai disitu, di lingkunganku yang baru sekarang ini aku belajar untuk mengevaluasi diri, dan memiliki pandangan baru bahwa tidak setiap orang akan menyukaimu, dan itu adalah suatu keniscayaan, Don’t worry. Aku masih menjadi Irma yang seringkali memikirkan apa yang dikatakan orang lain tentangku,  aku belum bisa mengurangi sepenuhnya kekurangan pada bagian itu. Meribetkan sekali memang, berusaha cuek tetapi masih sulit. Mungkin kurang berusaha cuek saja, dan aku sedang belajar pada tahap itu. Tidak aneh memang ketika orang lain mengomentari perilaku kita, kita akan memikirkan tentang apa yang mereka katakan. Karena kita hidup dalam lingkungan sosial yang bagaimana perilaku kita, kita tahu sesuai atau tidak ya dari apa yang orang lain respon. Apakah diterima atau tidak? Sangat masih perlu banyak belajar tentang kehidupan, bagaimana berinteraksi dengan orang lain dan mengembangkan diri ke arah yang lebih baik. Poin selanjutnya adalah tentang kesabaran yang sedikit orang bisa melakukannya, menjadi pribadi yang tidak reaktif serta bisa tetap tenang dalam suatu kondisi yang genting sekalipun. Bukan sama sekali tidak merasa genting, tetapi dengan ketenangan keputusan yang kita ambil akan lebih terarahdan efektif.
Semoga Irma bisa menjadi orang yang lebih baik ya, lebih sabar, tenang, berpikiran terbuka, ikhlas dan bijak mengatur waktu.
Amin.





Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.