Skip to main content

Day 1 (My Weird Challenge)


Hai diriku sendiri, tertanggal hari ini Selasa, 17 Januari 2017 aku akan membiasakan untuk menulis di blog ini tentang apapun, tidak terbatas dan tidak terkecuali. Kenapa sih pengen membiasakan nulis? Emang bisa komit ke diri sendiri? Jadi latar belakang dan yang semakin meyakinkan aku untuk menulis adalah…

Diriku sendiri,
Ada memang faktor eksternal yang mempengaruhi hal ini termasuk “petualangan’ ku kemarin Senin di Jogja. Pagi itu selepas semua urusan rumah beres aku mantap buat melaju dengan si putih, walaupun cuaca kurang mendukung tetep aja aku nekat berangkat. Satu hal yang aku harus sadari tentang diriku ini adalah kalo punya keinginan bisa nekat buat mewujudkannya, ehm tapi kok buat hal yang ‘satu’ itu nggak senekat hal-hal lain seperti ini ya?*tepok jidat. Oke memang harus banyak evaluasi diri dan berubah tentunya. Singkat cerita, aku berangkat dari rumah setengah delapan dan sampai di kota Pelajar itu dua jam kemudian. Seperti biasanya aku melewati jalur alternatif “Jalan Tak Berujung” aku menyebutnya seperti itu yang aslinya bernama jalan Daendels, konon katanya beberapa dekade ke depan akan dijadikan jalan tol yang menghubungkan Jogja-Cilacap. Jalan itu sepi seperti hari-hari biasanya, kecuali kalau musim mudik akan lain ceritanya. Di jalan ini aku terhipnotis dengan kesunyian dan lurusnya jalan ditemani hempasan angin pantai sungguh perpaduan yang sempurna untuk melamun *duh. Aku menganalogikan tentang tujuan ku ketika melewati jalan ini, seberapa pun panjang jalan ini pasti akan ada ujungnya, hal itulah yang memotivasiku untuk yakin bahwa ada sesuatu di depan sana yang mungkin tak pernah aku duga sebelumnya. Ya, hanya keyakinanlah dan usaha tentunya untuk melewati jalan lurus (kadang ada belokan juga sih) dan panjang itu hingga sampai ke tujuanku. 
Kemarin itu tujuanku ke kota Gudeg adalah buat curhat atau bahasa formalnya konsultasi sama psikolog (alesan padahal pengen main haha), mumpung gratis dan sepertinya akan menawarkan solusi (lebih tepatnya pemikiran/pandangan baru buat aku yang mulai memasuki ambang depresi). Selain itu yang membuatku mantap menerobos cuaca mendung di hari Senin yang biasanya bikin mager ini dan anehnya aku seperti kesetrum kekuatan super menjadi rare pokemon yang ingin mewujudkan keinginannya adalah beberapa hari sebelum hari H, aku sempat berpikir tentang hal-hal atau kegiatan apapun deh yang belum pernah aku lakukan sebelumnya, yang sebelumnya aku pikir “enggak banget” kalo melakukan itu. Sisi lain weird ku mulai nampak, waktu itu aku cuma pengen doing something new never I do before. Daaaan finally I did it. Apa itu? Nonton film di bioskop SENDIRIAN (harus yang di dalem Mall ya bioskopnya biar makin menantang). 
Yap, sendirian! Dulu waktu jaman kuliah pas lagi seneng-senengnya dan over keseringan nonton karena bukaan bioskop baru jadi harga tiketnya setengah lebih dikit dibanding harga tiket yang sekarang, terus juga ada yang nemenin sih,haha tetep ya. Pas didalem kelar film itulah aku liat ada seorang perempuan sendirian nonton terus aku bilang deh ke partner nontonku “Emang nggak krik krik gitu ya nonton sendirian, liat deh mbaknya itu sendirian banget”. Dari situlah muncul ide geje ini, kalo dulu merasa engga banget sekarang malah kebalikannya aku pengen merasakan sensasinya nonton film sendirian. Dan taraaaa mulut ini terasa kikuk pas ditanya “Untuk berapa tiket kak?”, Satu. Jleb serasa ada perosotan es dikepala ini haha nyessss lebay. Namanya juga doing something new nan awkward gitu pasti tetiba muncul sensasi-sensasi butiran jasjus yang asem-asem tapi menyegarkan (kalo ada esnya). Emang sedikit awkward, krik-krik gitu sih masuk mall sendirian buru-buru pula jalannya takut ketinggalan, soalnya film yang mau ditonton ini ndak boleh terlewatkan satu detikpun. Ada perasaan aneh bin  kikuk pas awal-awal aja sih, udah masuk film mah lupa kalo lagi nonton sendirian (ya iyalah kan di dalem bioskop banyakan nontonnya). 
Nanti aku mau bahas tentang filmnya tapi in the next post yak kepanjangan kalo dibahas jadi satu disini. And next time, I want to do something new and make it challenge for me (again). Katanya sih biar hidup lebih hidup, LIVE YOUR LIFE gitu.


Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.