Skip to main content

DAY 4 (A lot of memories in Mesen)

Terima kasih, Mesen Raya  








            Setelah nostalgia mengingat-ingat masa lalu kehidupan organisasi yang sudah seperti keluarga keduaku, tempat ku berkeluh kesah dan belajar banyak hal, kemarin aku mendengar kabar perihal kampusku yang akan dipindah (lagi), kalo yang ini bukan hanya wacana seperti kabar yang beredar sebelumnya. Ya, kampus Psikologi UNS akan kembali ke kampus pusat (Kentingan) bulan Januari ini. Sedikit menengok kebelakang, aku mau menceritakan perkenalanku dengannya, M.E.S.E.N. Waktu itu, aku sebagai angkatan 2010 yang menghabiskan setengah tahun pertama kuliah di kampus Tirtomoyo mendapat kabar bahwa kampus akan diboyong ke kampus Mesen. Pertama kali mendengar namanya terkesan tidak familiar, dan yang namanya kalo udah nyaman sesuatu untuk pindah ke lain hati itu rasanya males banget, susaah *bukan curhat. Waktu satu semester untuk merasa nyaman dengan kampus Tirtomoyo rasanya sudah cukup, tiba-tiba harus menyesuaikan lagi ke lingkungan baru yang notabene kehidupan kampus bagi aku yang baru lulus SMA dan pertama kali tinggal jauh dari orangtua saja sudah cukup menguras hati dan ini harus beradaptasi dengan cepat kesekian kalinya. Berat memang, tetapi mau ngga mau, suka nggak suka harus pindah. Kesan pertama melihat kampus Mesen? Sama halnya dengan pertama kali aku melihat kampus Tirtomoyo, yang muncul dalam benakku adalah ini kampus apa sekolahan ya? walaupun dipindah tetep sama aja kaya sekolahan. Huft. Memang sih di luar ekspektasi waktu jadi mahasiswa baru dulu yang membayangkan kampus itu seperti di TV (korban sinetron), tetapi ketika pada kenyataan mendapatkan hal yang seperti ini ya harus diterima gitu, mau gimana lagi. Jujur memang awalnya aku sendiri merasa nggak nyaman di kampus Mesen, kesannya serem, angker, terpencil, dan berbagai anggapan negatif lainnya. Waktu berlalu, berkegiatan kuliah seperti biasanya dan bersamaan dengan itu penerimaan yang akhirnya menjadi perasaan nyaman mulai muncul. Fasilitas mulai dibenahi perlahan tapi pasti untuk menunjang kenyamanan para penduduknya sehingga kerasan di tempat baru ini. Mulai dari kantin , ruang kelas hingga kamar mandinya (dipojokan banget) dan yang lebih istimewa adalah ruang HIMAPSI tercinta yang teramat luas, amazing (bahkan masuk rekor sekre terluas di FK atau malah se-UNS yak.haha). Aku menyadari yang namanya kenyamanan itu memang diciptakan dan akan muncul dengan seiring berjalan waktu dengan penerimaan positif dari diri kita.
Di kampus ini, banyak hal sudah aku lewatkan. Mesen menjadi tembok yang bisa berbicara, yang mengerti suasana hati manusia yang tinggal di dalamnya. Di tempat ini selain belajar di ruang kuliah aku juga belajar banyak hal di luar. Ketika di lobi bertemu, bertegur sapa dengan berbagai angkatan yang tadinya nggak kenal gara-gara sering duduk nongki berebut WiFi bareng jadi bisa kenal bahkan dekat dan jadian*eh. Kantin yang pelayanannya super ramah, serasa makan di rumah, Bu No dan Alm. Pak No menjadi orang tua kedua di kampus ini yang selalu sigap menolong ketika ada mahasiswa yang kesulitan, kehilangan kunci motor karena teledor misalnya (inget banget gara-gara saking seringnya kehilangan kunci  terus dikerjain sama Pak No ternyata kunciku masih nyangkut di motor dan diumpetin sama beliau, udah muter pusing nyari kesana-sini yang biasanya Pak No ikut panik ini nggak kaya biasanya senyum-senyum aja, ada yang janggal dan ternyata bener kunci motorku disimpenin sama beliau pun ketika ban motor kempes beliau lah yang ada di barisan pertama membantuku, terima kasih Pak No jasamu untuk warga Mesen tak akan terlupa semoga menjadi amal kebaikanmu di sisi-Nya).
Mungkin kalo aku ceritakan semua bagian Mesen yang punya memori tersendiri bagi manusia yang tinggal di dalamnya akan sangat banyak, berlembar-lembar jika dituliskan. Mesen, setiap sudutnya memiliki kenangan tersendiri bagiku. Saat aku seneng, bahagia, sedih, galau, marah, kesal, kecewa, jatuh cinta bahkan patah hatipun tembok Mesen jadi saksinya. Selama empat tahun aku tinggal di Mesen terlalu banyak kenangan dan sekarang Mesen hanya akan tinggal cerita. Bagaimana aku menunggu seseorang kala itu di ujung senja, saat menunggu hujan reda bercengkerama dengan penduduk Mesen lainnya merayakan kebersamaan di ruangan pojok berwarna biru muda. Bagaimana aku pernah benar-benar merasa sendiri dan terasingkan, tempat inilah yang menawarkan pelipurnya, ya walau aku merasa sendiri dan terkucilkan di sudut Mesen ini akan selalu ada yang tetiba menghiburku biasanya dari adik-adik tingkat yang tentu tidak tahu menahu tentang permasalahanku, mereka hanya ingin menemani. Disinilah, kekeluargaan yang sangat dekat walau bukan sedarah tercipta. Dulu ada yang bilang karena lingkup kampusnya kecil sehingga kemana-mana ketemunya itu-itu aja, justru karena itulah yang mendekatkan, menghangatkan kebersamaan. Terima kasih Mesen yang menjadi bagian dari hidupku memberi warna dan memori yang tidak akan terlupa. Kata orang kamu akan merasa benar-benar kehilangan ketika sesuatu/seseorang itu tidak ada bersamamu lagi dan sekarang walaupun sudah dua tahun aku meninggalkan dunia kampus tetapi rasanya baru sekarang merasakan seperti orang yang patah hati dikecewakan kekasih hati *hadeuh. Baru kerasa Mesen benar-benar hanya akan tinggal cerita, karena nanti kalau aku berkunjung ke Solo bukan lagi Mesen yang akan kutemui. Terima kasih, Mesen dan seluruh komponen di dalamnya.


Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.