Skip to main content

DAY 3

Surat Untuk Adik yang Baru Tersampaikan Empat Tahun Kemudian

Beberapa waktu lalu ketika beberes blog, membersihkan debu-debu di antara tulisan lama, aku menemukan tulisan untuk seorang adik yang mendapatkan amanah baru sebagai ketua HIMAPSI periode 2014. Seorang adik yang aku begitu merasakan bagaimana proses before-afternya. Sekarang, ia masih menyelesaikan tugas akhir yang sebentar lagi akan mencapai garis finish, dengan melihat media sosial miliknya jadi tau kegiatannya yang seabrek dan bermanfaat itu, totalitasnya menjadi mahasiswa. Aku pun menghubunginya untuk menyampaikan tulisan lamaku itu sekalian menyapanya karena lama tak mengobrol panjang. Ya benar, ia yang sekarang dengan ia empat tahun yang lalu menjadi subjek tulisanku sungguh amat sangat berbeda dan Alhamdulillah perubahan yang terjadi positif untuknya dan sekitarnya. Rasanya antara senang dan campur haru bisa melihat bagaimana metamorfosis seseorang menuju kebaikan. Mendadak aku rindu dengan keluargaku di HIMAPSI, PSDM terutama, adik-adik yang berperan juga sebagai kakak bagiku. Memberiku pelajaran bagaimana menjadi kakak yang baik dalam memberikan contoh dan merangkul mereka ketika dalam masalah, apapun nggak cuma soal organisasi. Tetapi sungguh maaf jika kakakmu satu-satunya di komite PSDM ini tidak memberikan yang terbaik kala itu, kakakmu yang riweh dengan urusannya sendiri. Kakak yang justru seringnya jadi merepotkan adik-adiknya. Adalah kebahagian melihat kalian sekarang, mendewasa dengan cara yang kalian pilih dan insya Allah baik untuk kalian. Kalianlah yang seringkali menjadi sumber energi, menyemangatiku dan menjadi tempat keluh kesahku. Mungkin rasa rindu ini hanyalah bisa berwujud doa dan  rasa terima kasih yang tidak bisa terbalaskan oleh apapun untuk kalian, dik. Selain Shofwan, ada Citra, Melinda, Nugi, Raiza, Ariska, Toyol, Dilla, dan Dina. Aku rindu masa yang terlewatkan bersama kalian. Tulisan kepada salah satu adikku yang terpilih menjadi ketua Himapsi empat tahun yang lalu merupakan sebuah ungkapan haru dan sedih karena masa bersama akan segera berakhir waktu itu. Dewasa adalah ketika kita bisa bijak terhadap perubahan yang terjadi. Dan doa-doa itu yang pada akhirnya terkabulkan oleh Sang Maha Pengasih, semakin membuatku yakin akan kekuatan doa. Seperti orang yang mengayuh sepeda terus menerus untuk sampai pada tujuannya. Doa yang pernah dan terus dipanjatkan pasti suatu saat akan terjawab, hanya soal waktu. Allah tidak pernah terlambat, Dia selalu tepat waktu.
Setelah aku kirim pesan memberi tahu ke sang adik tentang tulisan lamaku itu, ia pun membalasnya melalui akun wordpress-nya seperti ini:

Okey, dan tulisan ini mungkin akan menjadi balasan untuk surat dari mbak Irma.Teruntuk Adikku, Ketua Himapsi 2014
Yang paling pertama dan yang utama, makasih mbak Irma atas pesan, do’a dan semangatnya! Sungguh do’a yang dilantunkan tetap akan diijabah meski orang yang dido’akan tak tahu-menahu soal do’a tersebut.
Kata Sudjiwo Tejo sih puncak cinta tertinggi adalah mendo’akan diam-diam. Dan… Yak e! Aku baru tahu do’a melalui tulisan ini di tahun 2017 saat semua itu sudah terkabul semuanya :))
Kedua, tulisan ini juga sekalian klarifikasi. Bahwa aku gak pernah malas kuliah, aku gak pernah titip absen sekali pun. Dan jatah bolos pun kepakai buat kumpul dengan mahasiswa lain di bundaran Gladak. Haha. Kemudian menjadi ketua HIMAPSI ternyata tidak membuatku ketinggalan dalam hal akademik. IP tertinggiku malah dicapai saat menjadi ketua HIMAPSI. Alhamdulillaaah hehe. Mungkin berkat do’a mbak juga beberapa tahun yang lalu ini.
Ketiga, sekarang aku udah gak pernah ngegembungin pipi kalau difoto. Karena ternyata terlihat kurus itu bukan masalah besar. Yang lebih utama, ada lengkung senyum di wajahku.
Keempat, soal sepatu. Haha lagi-lagi Allah mengijabah do’a hamba-Nya. Di ulang tahun 2014 saya dihadiahi sepatu Pantofel keren coklat oleh sahabat-sahabatku. Sepatu itu selalu kupakai saat ngisi materi di berbagai tempat (yaa meski beberapa kali sempat tetap pakai sendal jepit karena keadaan yang tak memungkinkan).
Kembali lagi. Terimakasih atas do’a dan tulisannya mbak Irma. Mungkin banyak orang yang membantu mengaminkan do’a-do’a untukku karena membaca tulisan dari mbak.
Hanya terimakasih dan do’a balasan yang bisa kuberikan. Sukses karir, cita dan cintanya ya mbak Irma! :))
Dari Ahmad Shofwan Muis di masa kini tahun 2017 untuk mbak Irma Ratna Sari di masa lalu tahun 2013.
 (Bocah satu ini emang sweet-nya keterlaluan. wkwkwk)





PSDM HIMAPSI 2013, Miss you to the moon and back!

Dimanapun kalian berada, kukirimkan terima kasih atas warna dalam hidupku dan kenangan indah, semoga sukses apa yang menjadi cita dan cinta kalian, adik-adikku sayang. Jangan lupa bahagia!

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.