Skip to main content

Day 10 Melatih Diri

Bicara tentang evaluasi diri itu memang penting, satu komponen dalam hidup kita yang seharusnya dilakukan setiap hari, tetapi banyak orang yang mengabaikannya. Setelah konsultasi dengan seorang konselor tempo lalu membuatku menyadari bahwa aku termasuk salah seorang dari sekian banyak yang mengabaikan evaluasi diri ini. Mungkin tidak sepenuhnya begitu, bukan aku tidak melakukan evaluasi sama sekali, tetapi evaluasi yang kubuat kacau sehingga ketika next step untuk memperbaiki kesalahan sebelumnya tidak tepat sasaran, hasil yang dicapai pun menjadi kurang maksimal.  Salah satu cara untuk membuat evaluasi diri tersusun rapi dan mudah diingat adalah dengan menuliskannya. Lebih otentik ada buktinya jadi ketika lupa bisa diingat-ingat lagi. Ternyata doa termasuk salah satu bentuk evaluasi diri juga, karena ketika berdoa kita mengingat-ingat apa saja kesalahan kita. Bukankah memulai lebih baik daripada tidak sama sekali, ya aku mencoba memulai untuk evaluasi diri yang dalam bentuk tulisan. Mau dalam bentuk kalimat jadi seperti diary atau bentuk poin-poin biasanya tergantung situasi. Jika tidak memungkinkan waktu dan kondisinya lebih baik dalam bentuk poin-poin saja, yang lebih utama adalah bagaimana kita menyadari apa saja yang kita lakukan dalam suatu hari itu. Dengan memulainya, aku berharap bisa menjadi sebuah kebiasaan positif  kedepannya.
Seorang motivator mengatakan bahwa kebiasaan seseorang dimulai dari apa yang dipikirkan dan rasakan lalu menjadi kumpulan ucapan dan tindakan yang pada akhirnya menjadi kebiasaan kita. Kebiasaan inilah yang akan membentuk diri kita. Dan dari kebiasaan-kebiasaan baik yang kita lakukan  akan menjadi nasib yang baik. Ketika bangun pagi tanyakanlah pada diri sendiri perbuatan baik apa yang dapat kulakukan hari ini? pertanyaan ini membuat otak kita fokus untuk melakukan suatu kebaikan pada hari itu. Kita telah menentukan tujuan saat bangun tidur di pagi hari.  Aku menyadari bahwa telah banyak waktu yang lewati hanya berisikan keluhan, keluhan dan keluhan. Sudah seperempat abad aku hidup masih minim sekali akan syukur dan evaluasi terhadap apa yang telah kulakukan selama ini. mungkin inilah yang membuat seorang teman mengomentari tentang diri ku yang tidak memiliki tujuan yang jelas sehingga seringkali terombang-ambing dan jadi tidak mendapatkan apa-apa. Kita perlu berhenti beraktivitas, diam sejenak untuk mendengarkan kata hati, apa yang dimaui diri ini sehingga kita tahu apa yang ingin kita raih dan benar-benar kita inginkan untuk menjadi bagian dari hidup kita.
Kali ini aku mencoba untuk menuliskan perbuatan baik yang aku harap bisa menjadi kebiasaanku, mungkin akan terus bertambah seiring berjalannya waktu dan aku akan memperbarui jika ada tambahan, berikut poin-poin yang sudah aku tuliskan di notes HPku.
- Mengucapkan rasa syukur setelah bangun tidur pada pagi hari
- Minum air putih sebanyak 1,5 L tiap harinya, dimulai pada pagi hari sesaat setelah 
bangun
- Tersenyum
- Mengerjakan rutinitas harian tanpa mengeluh
- Mengendalikan emosi dan sabar
- Membaca buku atau artikel baru setiap hari
- Melakukan sesuatu yang tidak dilakukan hari kemarin
- Memenuhi target yang telah direncanakan hari sebelumnya
- Jangan menunda-nunda, ada waktu kerjakan dan selesaikan
- Ibadah di awal waktu
- Menyapa minimal satu orang lewat apapun baik secara langsung atau via media sosial
- Merencanakan, menuliskan target hari selanjutnya
- One Day One Post, memulainya lebih baik daripada tidak sama sekali
- Menuliskan apa saja yang dilakukan hari ini untuk bahan evaluasi
- Lebih baik diam daripada bicara yang tidak penting
- Apresiasi diri sendiri dengan mengucapkan terima kasih
- Menanyakan pada diri sendiri sudah belajar apa hari ini?
Aku tahu ini terdengar sangat teoritis bukan? Terlihat sulit untuk dilakukan juga kan? Tapi aku yakin bisa dilakukan, nanti ketika sudah menjadi kebiasaan akan terasa mudah.
Salam Sadar

dari seorang mair yang sedang berbenah.

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.