Akhirnya sampai di
postingan ke 15, Alhamdulillah sudah setengah perjalanan ya. Beberapa waktu
lalu aku sempat off lama dari peradaban blog ini, tidak lain adalah karena
kondisiku yang benar-benar drop baik secara fisik maupun psikologis. Aku kehilangan
gairah, motivasi dan semangat untuk melakukan apapun termasuk menulis, hingga
aku menemukan sendiri titik balik untuk
berdiri lagi. Aku pernah membaca dalam sebuah artikel bahwa ketika kita sedang
dalam kondisi stres, mengeluh atau perilaku negatif lainnya justru membuat kita
semakin tertekan dan stres pun meningkat, untuk itu ketika kita sedang
mengalami stres akan lebih baik jika kita keluar dari kondisi negatif itu
dengan cara apapun, masing-masing orang memiliki cara yang berbeda, setidaknya
pikiran kita tidak terus berada dalam kondisi tersebut, yang kita butuhkan
adalah terus bergerak jangan diam, bergeraklah apapun itu kegiatannya lalu
tersenyumlah, bersyukur atas apa yang kita lalui. Ketika aku merasa sangat
tertekan aku berdiam diri cukup lama dan akhirnya apa yang aku dapatkan? Kondisiku
semakin memburuk, pikiranku semakin tertutup oleh lingkaran setan yang
membuatku hampir menyerah pada keadaan saat itu. Hingga akhirnya aku memutuskan
untuk harus keluar dari kondisi itu, aku menyusun kembali target-targetku yang
belum tercapai, sudah berulangkali memang aku mengalami ini, yang aku yakini saat
mencoba bangkit kembali adalah kondisi yang berbeda akan berbeda pula hasilnya,
aku tidak akan pernah tahu apa yang terjadi nanti, selama terus berusaha aku
yakin pasti ada hasilnya. Dan aku akan terus berusaha. Suatu waktu aku pernah
menanyakan kepada beberapa orang dan juga diriku sendiri tentang kapan saatnya
kita meletakkan titik atau koma dalam konteks kehidupan kita, kapan kita harus
berhenti atau tetap melanjutkan sesuatu yang
ingin kita capai. Aku memilih koma untuk saat ini, orang seperti aku termasuk
yang kesulitan menentukan titik dari sebuah perjalanan, bagiku ketika
menentukan titik haruslah ada alternatif lain yang diambil karena ketika aku
meletakkan titik itu artinya benar-benar berhenti dan aku tidak mau merugi atas
itu, aku juga termasuk tipe orang yang percaya dengan kesempatan kedua, kenapa?
Karena dengan adanya kesempatan kedua maka muncullah kata memperbaiki, belajar
dan menjadi lebih baik. Kesalahan merupakan salah satu bagian dari berproses
untuk menjadi lebih baik, jika tidak ada kesempatan kedua maka kita tidak akan
pernah tahu rasanya salah, gagal atau terpuruk. Semua orang yang berhasil pernah merasakan jatuh dan
bangkit lagi, mereka yang sukses adalah yang pernah gagal lalu memperbaikinya dengan memberikan kemampuan terbaiknya untuk menjemput impian.
Salah satu kegiatan
yang membuatku terus bergerak adalah menulis dan membaca. Menulis apapun dan
membaca apapun semauku, sebanyak apapun. Aku tidak ingin berhenti dari kedua
hal itu. Bersama mereka aku merasa tidak sendirian, merasakan sepi. Bercerita sedikit
tentangku dulu, aku adalah orang yang tidak bisa yang namanya sendirian
kapanpun, dimanapun kecuali kegiatan yang mengharuskan sendiri seperti tidur, mandi,
sholat,hhe rasanya ada kecemasan yang menghampiri ketika aku sendirian jadilah
aku sering main ke kos teman, dan mengikuti segudang kegiatan organisasi. Aku termasuk
orang yang tidak bisa berdiam diri di kamar kosan ukuran 3x3 meter itu. Aku bukanlah
orang yang bisa berdiam lama menonton layar laptop atau TV untuk menikmati
hiburan yang disajikan, aku sangat menyukai interaksi langsung dengan orang
lain. Mungkin itu penyebabnya ketika menonton film lebih sering ngantuknya
tetapi ketika mengobrol sama orang sampai subuh juga bisa dijabanin melek.haha.
Pernah suatu ketika aku sangat ingat ketika setiap mau makan harus ada temannya dan sungguh ketika mengingat hal itu sekarang betapa aku sangat mempersulit diri sendiri dan orang-orang di sekitarku. Nah, yang buatku nggak beranjak dan segera sadar dari kondisi apa banget itu adalah selalu saja ada orang yang mau menemani. Itu adalah kondisi dimana aku sangatlah manja (menurutku yang sekarang), dan lingkungan turut membuatku seperti itu selain faktor terbesar dari internal diriku sendiri tentunya. Saking parahnya kebiasaan buruk ku ini, adik-adik tingkat di kampuspun hafal akan hal itu. Dari daftar orang yang sering menemaniku makan sebagian besar adalah adik-adik yang tergabung dalam organisasi yang sama dikampus. Jika berkaca dari masa laluku sungguh aku sangatlah bergantung dengan orang lain, aku tidak bisa sendirian. Aku merasa tidak bisa menciptakan kebahagian sendiri. Seperti berbanding terbalik dengan kondisiku saat ini dimana aku bisa menikmati waktu-waktu sendiriku, dimana aku tidak ingin ambil pusing dengan mencari perhatian orang-orang terdekatku. Aku sudah menemukan cara untuk menciptakan kebahagiaanku sendiri, terima kasih kamu (blog) dan bahan bacaan yang selalu ada. Apakah mungkin kepribadianku bergeser dari ekstrovert menjadi introvert? Atau justru sekarang menjadi ambivert? Lain waktu aku akan bercerita tentang macam-macam kepribadian. See you, soon.
Pernah suatu ketika aku sangat ingat ketika setiap mau makan harus ada temannya dan sungguh ketika mengingat hal itu sekarang betapa aku sangat mempersulit diri sendiri dan orang-orang di sekitarku. Nah, yang buatku nggak beranjak dan segera sadar dari kondisi apa banget itu adalah selalu saja ada orang yang mau menemani. Itu adalah kondisi dimana aku sangatlah manja (menurutku yang sekarang), dan lingkungan turut membuatku seperti itu selain faktor terbesar dari internal diriku sendiri tentunya. Saking parahnya kebiasaan buruk ku ini, adik-adik tingkat di kampuspun hafal akan hal itu. Dari daftar orang yang sering menemaniku makan sebagian besar adalah adik-adik yang tergabung dalam organisasi yang sama dikampus. Jika berkaca dari masa laluku sungguh aku sangatlah bergantung dengan orang lain, aku tidak bisa sendirian. Aku merasa tidak bisa menciptakan kebahagian sendiri. Seperti berbanding terbalik dengan kondisiku saat ini dimana aku bisa menikmati waktu-waktu sendiriku, dimana aku tidak ingin ambil pusing dengan mencari perhatian orang-orang terdekatku. Aku sudah menemukan cara untuk menciptakan kebahagiaanku sendiri, terima kasih kamu (blog) dan bahan bacaan yang selalu ada. Apakah mungkin kepribadianku bergeser dari ekstrovert menjadi introvert? Atau justru sekarang menjadi ambivert? Lain waktu aku akan bercerita tentang macam-macam kepribadian. See you, soon.
Comments
Post a Comment