Skip to main content

Day 16 Mengenal Diri (Part 1)


Bagaimana sih cara mengenal diri sendiri? Mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan kekuranganmu, mengetahui apa yang menjadi passion dan tujuan hidupmu. Pertanyaan-pertanyaan itu berputar-putar dikepalaku beberapa hari terakhir ini, dengan menuliskannya seperti ini aku berharap bisa mendapatkan jawabannya. Seperti yang kita lihat  bukankah orang lain terlihat begitu mudah menemukan jawaban atas tanya-tanya yang disebutkan di atas tadi? Lalu mengapa aku disini masih berkutat dengan semua itu disaat teman-teman, orang-orang di sekitarku sudah berjalan bahkan berlari dan aku masih merangkak disini, berdiri pun masih jadi anganku hanya dalam bayangan seperti apa rasanya berdiri.  Apa yang salah denganku? Pertanyaan itu pernah suatu ketika mampir dibenakku, aku sendiri pun tidak tahu pasti mengapa, hanya mencoba menerka kesalahanku di masa lalu, masa yang sudah kulewatkan dan tidak mungkin kembali untuk diperbaiki, penyesalan itu pasti ada. Sekarang ketika aku diberi kesempatan, masih ada waktu, aku yang sedang belajar merangkak ini, menata semuanya dari awal, menguraikan tujuan-tujuan dalam hidup. Terdengar terlambat memang, bagiku selagi nafas masih berhembus tidak ada yang terlambat, kata terlambat hanya milik orang yang sudah putus asa dan aku pernah mengalami fase itu. (to be continued).



-The Fools Who Dream-

My aunt used to live in Paris
I remember, she used to come home and tell us these stories about being abroad 
and I remember she told us that she jumped into the river once, barefoot
She smiled
Leapt, without looking
and tumbled into the Seine
The water was freezing
She spent a month sneezing
But said she would do it again
Here’s to the ones who dream
Foolish as they may seem
Here’s to the hearts that ache
Here’s to the mess we make
She captures a feeling
Sky with no ceiling
The sunset inside a frame
She lived in her liquor
and died with flicker
I’ll always remember the flame
Here’s to the ones who dream
Foolish as they may seem
Here’s to the hearts that ache
Here’s to the mess we make
She told me
A bit of madness is key
To give us new colors to see
Who knows where it will lead us?
And that’s why they need us
So bring on the rebels
The ripples from pebbles
The painters, and poets and plays
And here’s to the fools who dream
Crazy as they may seem
Here’s to the hearts that break
Here’s to the mess we make
I trace it all back to then
Her, and the snow and the Seine
Smiling through it
She said she’d do it again.

Comments

Popular posts from this blog

Kopi, Lukisan dan Kenangan (Wira Nagara)

Lihat... Tepat setelah lampu-lampu dipadamkan Kau menyala sebagai satu-satunya yang ku rindukan Disini, Di tempat yang paling kau hindari Aku pernah berdiri Menggores kata menulis warna Pada ratapan panjang yang menguat dalam dinding kecemasan Aku mengisahkan kenangan di kepasrahan yang begitu lapang Retak berserakan.. Tanpa kediaman Terkoyak sepi, melayang di antara pekat aroma kopi Dengar.. Tepat setelah jejak-jejak di langkahkan kau menyapa sebagai satu-satunya yang ku nantikan Disini, di peluk yang pernah kau nikmati Aku masih sendiri Mencari kehilangan, menemui perpisahan Pada letupan kenang yang memuat kekosongan Aku membicarakan senyummu di keindahan yang telah hilang Hancur berkeping, tersapu kesunyian, terinjak lara terlarut dalam pahit di seduh air mata Tunggu.. Santailah sejenak Karna tepat setelah meja-meja di tinggalkan Kedai ini menyesak sebagai satu-satunya keterangan Satu kisah yang pernah kita upayakan Beribu rencana yang pernah kita perjuangan, lenyap kau memutuskan b

Tipe Kepribadian Hippocrates-Galenus

Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hippocrates, seorang tabib dan ahli filsafat yang sangat pandai dari Yunani,mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen. Sebenarnya, ada beberapa teori mengenai macam – macam kepribadian.

Lambat laun, sekarang atau nanti. Sama.

 Lambat laun rasa sakit ini berubah menjadi hambar Lambat laun rasa yang menggebu ini memudar Lambat laun rasa ini menjadi biasa saja Lambat laun semuanya akan berakhir pelan tapi terlihat baik-baik saja, begitu katamu. Perlahan aku akan membuka untuk hati yang baru, itu harapmu. Entahlah, saat ini aku hanya berdoa yang terbaik untukku apapun itu.